Wednesday, October 03, 2007

tertipu

aku kembali menatap kotak kaca
didalamnya berdiri sesosok manusia
tanpa baju, tanpa jubah, bahkan tanpa wajah
matanya menatap tajam
tapi bukan kearahku, katanya...
tangannya meraba ku dengan ujung jarinya
tapi bukan kearahku, katanya..
bibirnya menciumku dengan bisunya
tapi bukan kearahku, katanya..
aku kembali menatap kotak kaca
dan ketika ku tersadar didalamnya sama sekali
tidak ada siapa-siapa...

tentang kasih

ini curhatan yg ga penting sebenernyah.
tentang kasih tentang bunga tentang sarinya bahkan tentang buahnya.
Tentang pait dan getahnya dan tentang sebuah awal dan sebuah akhir.
sepucuk bunga, dengan tangkainya yang terlunglai, sebagai tanda akibat sebuah prasangka kemudian ia menumbuhkan duri ditangkainya,
dan perlahan bunga itu kembali menegakan kelopaknya.
seekor kumbang merapatkan sayapnya dan membenihkan setetes madzi pada putiknya, ..
"sebuah titipan ..."bisiknya perlahan. "seikat kafan kasih dari bunga diseberang zaman.."
sepucuk bunga, dengan duri2 barunya yang masih ringkih dan sama sekali tidak tajam, kebingungan kedapatan titipan..
"titipan? dari sebrang zaman?.... sebuah viruskah? sebuah penyakitkah? sebuah karma kah?"
sepucuk bunga, kembali melunglaikan durinya terbuai oleh hitungan imagi yang perlahan menghiasi ruang2 hatinya yang selama ini ia biarkan kosong dan berdebu...
kerinduan akan patung-patung dan gambar2 uskup menggaung didinding2 gerejanya yang sudah kuno, tua dan reyot tidak terawat.
ia sama sekali tidak menyadari betapa lama ia telah meninggalkan gereja sucinya ini, berapa lama ia biarkan gerejanya tak berpenghuni, tak ia senggama-i.
gereja itu nyaris mati...
kerinduannya telah membuka gerbang terdepan gereja ini. kata2 yang kumbang menggema sumbang dibalik kelopaknya yang sedang ranum mengembang.
"ah peduli setan dengan masa lalu, aku hanya rindu....kembali menyanyi gospel rindu di gereja usangku..., hanya sekedar rindu,.. sumpah,.. benar2 anya karena itu..!"
kerinduannya kembali membuka pintu gereja kedua.
dalam keadaan sama sekali tidak siap untuk berjuang, ia telah perlahan membuka baju zahirnya, dan meluluhkan semua pedang dan gada dari bahunya.
dan pada saat ia akan mengistirahatkan ratusan gadanya, setetes suara bening berbisik dibalik buhul2 nya....
"ingat...ingat... ingat akan aku.dia dan mereka semua. kami adalah zahirmu yang kau luluh, kamu adalah duri yang kau tanam, kami adalah angin yang menggoyangkan, kami pula adalah kumbang yang bertandang.... jangan kau biarkan....daun dan kelopak mu meranggas kembali pada keputus-asa-an....! kau telah di tempa dengan jutaan pengalaman....kau telah di hisabkan dengan puluhan cabikan dan rajaman..... jangan kau biarkan,.. kami dikuasai lagi oleh jantungmu yang bernanah itu...."
sang bunga termenung,....
sejenak ia tersadar,...
duri2nya telah ia luluhkan, gada2 dan pedang2nya pun telah ia hibahkan dari pundaknya
ia telah terjangkiti kasih...
bukan untuk mencabiknya lagi tapi kali ini untuk mengobati jantunya yang masih bernanah itu.
bukan untuk merajamnya dengan dosa yang palsu, tapi untuk membelai jiwanya yang sebagian telah membatu.
bukan untuk kembali meariknya dalam keputusasaan menjd sepucuk bunga tua,..
tapi simply karena... untuk menyadarkanya bahwa ia masih ada disana, kasih masih ada disana untuknya...
dan pada saat ia perlahan meranggaskan kelopak2nya...
kasih telah merangkulnya...
wuih...
waduh mendadak jadi bingung,..