pada lantai dua
diantara biduk angan yang semu
bermain dipalung palung bisu harapan yang tak berujung
kekosongan menjadi teman setia perjalanku
aku mendapatimu...
menggenggam jemari kecilku, dengan jari tanganmu yang menghangat pagi
merangkul sejengkal sepi yang telah merajah dalam sekujur nadi
diantara kepakan angin sore
dingin menggulung diantara hangat seribu harapan kesetiaan
aku mendapatimu menatap dalam, sedalam langit yang menghitam
mencari secercah kasih dalam kotak mataku yang sempit
menembus sampai kedalam dasar hatiku yang paling kosong
hanya untuk mencium hatiku yang telah nyaris mati karena beku
bibirmu terkatup
senyummu menggaris, tidak hanya dalam pintu hatiku
tapi ia telah berbuah dalam kebun sunyiku
kau bawa aku terbang.sampai pada lantai ke-dua
kemudian kita berdua terpana
pada matahari terbenam dan terbitnya bulan
dalam riakan biduk-biduk bintang
bukan diangkasa
tapi dalam lukisan seribu permainan cahaya
lengkap dengan jingga dan pecahan pendar nila
dalam matamu...
ketika kau menatap kusaat itu....
ketika kau bawa aku terbang sampai pada lantai ke-dua
tanganku bukan dalam genggam-mu
badanku bukan dalam dekap-mu
mereka telah luluh dalam satu tatapan matamu
bibirku telah lesap dalam lantunan bibir tipis mu
menyadur segala wahyu yang dibentangkan dihadapanku
bahwa
saat itu.
ketika kau bawa aku kesana
pada lantai dua
dibawah saksi dua matahari dan ribuan bintang kejora
kau telah menyentuhku pas disini.. ditengah dadaku yang sunyi
dengan ujung jari kasihmu yang bercahaya
kau benar-benar telah menyentuh aku disini...
( let me parrish in paris )