i quote this from "masnawi" jallaluddin rumi..
translate in bahasa:
rasa lapar bukanlah musuh manusia melainkan salah satu sahabat manusia, dalam keadaan lapar rasa pahit pun akan terasa manis dan bila dalam keadaan tidak lapar, manis pun bisa terasa pahit. Dengan puasa, lapar dan pengendalian diri seorang Darvish bisa menikmati apa pun yang Dia berikan.
Kejadian ini aku alamin sendiri, selama "mem-puasa-kan" diri dari roti dan nasi, makanan yg paling aku rindu adalah roti. Tapi ketika setelah sekian lama aku ngicip roti lagi,... ternyata rasa-nya begitu2 aja. nothin special about it kecuali dalam alam pikir aku sendiri tentunya. Selama puasa dan craving akan secuil roti aku membangun tembok dan ceruk2 persepsi dalam alam pikir aku mengenai betapa wangi dan enaknya sepotong roti dengan seoles butter. Ternyata pas dicoba, ya.. biasa aja.
Sangat luarbiasa yang bisa dilakukan alam pikir kita pada diri kita sendiri terlepas dari bentuk fisik realitasnya. Dalam satu titik aku memang lebih menikmati membayangkan sepotong roti dalam kepalaku ketimbang realitasnya untuk memakan satu potong. Tapi bayangkan apa yang ternjadi bila aku memanfaatkannya justru untuk kebalikannya.
Membangun ceruk2 persepsi ttg hal2 atau dalam hal ini makanan2 yang sebaiknya tidak aku konsumsi dan mulai berdamai dengan rasa penasaran yang ada dalam alam pikir aku. Kalau dipikir2 hampir semua makanan sudah aku icip, jadi ketika aku rindu satu makanan yang spesifik aku hanya perlu membankitkan memory ttg makanan tsbt dalam kepalaku. Bahkan tidak mungkin bila aku memakan daging dan menganggapnya sepotong kue, afterall kekuatan alam pikir memang lebih dasyat dari yang kita pikirkan selama ini, lagi pula identifikasi benda2 sekeliling kita kenyataannya hanyalah persepsi gabungan dari persepsi sosial manusia. Bagaimana kalau aku mulai meng-identifikasikan sendiri benda2 yang ada disekitar disesuaikan dengan kebutuhan dari dalam. Tanpa meupakan tujuan atau makna jujurnya.
Tapi mungkin juga ini merupakan salah satu pemicu gejala schizo- karena jauh dari realitas bisa berakhir dengan lepas sama sekali dan mulai hidup dalam dunia yang dibangun persepsi diri sendiri.
but then again.. whats wrong with that? ait?
Thursday, March 01, 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)