( ga tau kenapa, malam ini begitu aneh, aku seperti bukan aku sendiri, aku seperti tidak ada disini, aku seperti hampa dan penuh dalam saat yang bersamaan, sepi dan riuh dalam saat yang bersamaan, gelap dan terang dalam saat yang bersamaan....
rasanya aneh.
hidup itu aneh.
engkau itu aneh.
apa aku yang aneh ya?
kalau kemarin dewi bilang: "jatuh cinta pada jatuh cinta itu sendiri.." tapi rasanya buat aku, jatuh cinta adalah pada cinta itu sendiri. rasanya kasih, rasanya sakit blend in dalam satu cangkir, seperti mereguk secangking podeng roti. Tidak bisa didefiniskan, karena hanya bisa dijelaskan dengan rasa. Dan ketika berbicara tentang rasa, entah kenapa dunia ini terasa sepeti penjara, sempit dan terlalu padat bahkan untuk berdua.
Tapi dalam saat yang bersamaan, ketika berbicara tantang rasa, dunia ini seperti samudra, seperti padang rumput yang luas tanpa horison pada lekuk batasnya.
aku sendiri seperti sedikit lupa, seperti apa rasanya jatuh cinta. Beberapa hari ini aku seperti mati rasa tapi penuh rasa dalam saat yang bersamaan, setetes hal yang tidak penting bisa mengalirkan kubangan air dari pelupuk mata yang mengharu. Tapi kasih dari seseorang bisa terasa seperti sayur yang hambar mengecap dalam lidahku. Semua tidak masuk akal, tidak ada yang mengalir dalam hidupku ini yang masuk akal tapi dalam saat yang bersamaan, semua sangat masuk akal lengkap dengan segala kekurangan, kebahagiaan, kesakit hatian, kelaparan dan kekeringan yang terjadi dalam hidupku.
bersyukur? apa itu bersyukur.. buat aku bersyukur mungkin bukan berterimakasih atas segala yang terjadi, tetapi bersyukur adalah mengosongkan diri dalam keheningan. Menyadari bahwa semua yang terjadi adalah dirinya. Dia. It atau apapun itu. ( gila ! bahkan kata2 dan pikiran pun tak bisa mendeskripsikan exasinya..)
bersyukur adalah tidak memikirkan apapun, bahkan terimakasih itu sendiri.
bersyukur adalah keheningan....
ah aku ini ngomong apa yah?
mengaduk-aduk pikir sendiri, merajang halus sepuluh juta perasaan yang aneh. Seperti bertemu dengan seseorang yang pernah dekat sebelumnya, tapi entah kapan dan dimana. Ingin memeluknya dan mengatakan hal yang tertunda, tapi tidak cukup gila untuk melakukannya.
Pada akhirnya hanya menatapnya dari kejauhan, dan memukul genta pada nuraninya.
mungkin seperti inilah aku.
seorang pujangga mengatakan kalau aku ini keras seperti batu, ruang pikirku pun tidak menyisakan tempat utuk menerima pikir selain yang ada pada diriku.
Tau apa dia dengan pikirku, dan segala kegilaan yang berdialog dalam bathinku.
mungkin aku memang sudah mengeras seperti batu dan melunak seperti air dalam saat yang bersamaan.
tau apa dia tentang ruang pikir yang tersisa dalam bathinku.
aku, bahkan aku sendiri terkadang tidak punya ruang disana
bayangkan...
akupun kesepitan disana.
dan aku masih terus menyempitkan ruang untuk aku sendiri disana
dan melapangkan seluruh samudra didalamnya hanya untuk ....
tidak tau aku untuk apa....
ah,.. anggap saja aku ini tidak ada
dan anggap saja aku ini adalah segalanya..
hehehe....dialog yg aneh ya?
Friday, March 17, 2006
dalam keheningan...
keheningan membentangkan sayapnya
dibawah naungan gaungnya aku mendapati suaramu
segala kelembutan merasuk dalam setiap rusukmu
keheningan membentangkan kasihnya
dalam rupa merajuk setiap jengkal dekap mesranya
aku mendengar suaramu
jangan kau setetespun ragu
seluruh kasihku tertumpahkan pada nuranimu
satu titik padamu adalah aku
hapus sepi dalam biduk bintangmu
karena setiap yang kau lihat
ada aku disitu
setiap yang kau sentuh
ada aku disitu
setiap yang kau dengar
adalah suara kasih ku disitu
dan setiap kau bercermin
ada aku pada dirimu...
dibawah naungan gaungnya aku mendapati suaramu
segala kelembutan merasuk dalam setiap rusukmu
keheningan membentangkan kasihnya
dalam rupa merajuk setiap jengkal dekap mesranya
aku mendengar suaramu
jangan kau setetespun ragu
seluruh kasihku tertumpahkan pada nuranimu
satu titik padamu adalah aku
hapus sepi dalam biduk bintangmu
karena setiap yang kau lihat
ada aku disitu
setiap yang kau sentuh
ada aku disitu
setiap yang kau dengar
adalah suara kasih ku disitu
dan setiap kau bercermin
ada aku pada dirimu...
tentang aku
keheningan menjemput ditengah kerumunan malam
seperti gelap padahal tidak..
tak tahu kah kau, aku ingin menjemputmu
pada lembayung hijau yang melengkung dihadapmu?
membelai sepi menghadang ditengah malam
mengisi cangkir kosong yang melemah pecah
aku ingin mengajarimu
tentang hening dan bisu
tentang haru dan kejernihan
tentang kealpaan
tentang ketiadaan
tentang aku...
seperti gelap padahal tidak..
tak tahu kah kau, aku ingin menjemputmu
pada lembayung hijau yang melengkung dihadapmu?
membelai sepi menghadang ditengah malam
mengisi cangkir kosong yang melemah pecah
aku ingin mengajarimu
tentang hening dan bisu
tentang haru dan kejernihan
tentang kealpaan
tentang ketiadaan
tentang aku...
Monday, March 13, 2006
Wednesday, March 08, 2006
pertemuan seorang punggawa. cerpen.bag01
hari itu...
aku bertemu denganmu, dipinggir gemericik sungai yang yang membeku. Dibalik gesekan daun yang mengalun sendu. Dalam aliran angin yang mendesir pelan. Ku dengar alunan senyummu, menggaung sunyi dibalik perdu perdu yang ikut menyanyi.
bisikan siapakah gerangan .... yang telah menyejukan kabut pekat ditelingaku?
kusibak kelambu daun diujung sungai itu,...
ku intip balutan kulit halusmu itu.
rambutmu melunglai panjang, membasuh setiap inci bahu dibawah lehermu yang kekar
punggungmu berkilat-kilat dibelai cahaya senja ...
kau terduduk diatas sebongkah batu, hujan gerimis berpeluh dalam dadamu yang telanjang
kau tidak sedang bernyanyi, bahkan kau tak mengeluarkan sedikitpun denting suara.
kau hanya diam...
lalu kenapa aku mendengar alunan bisikmu dalam sudur ku?
merdu seperti genta hembusan tujuh seruling sutra
mataku seperti mencari cari,..
siapakah dibalik rambut itu? siapakah yang sedang duduk diatas batu prasasti itu?
siapakah yang telah dengan berani menggerakkan kuduk dalam hatiku ?
bahkan tanpa mengeluarkan sepatah suara dan kata?
bibirku seperti beku, terjahit pada pantulan rambut panjang mu
seribu kimono tak mungkin bisa
merayu hatiku yang sudah terpaut pada rupamu, bahkan saat aku belum mampu menatapmu.
ah,.. bagaimana bisa?
kau menyanyi tanpa bersuara?
kau membelai ku tanpa sentuhan...
apakah kau manusia?
tiba-tiba yukata usangku tersakut ranting yang ikut bersemangat menyambut alunanmu.
selembar daun luruh didepanku
menyentuh ranah suci pangkuanmu...
dan kau berbalik..
memalingkan wajah dibalik rambut panjangmu
pantulan matahari tak sedetikpun lari dari setiap helai legammu.
alunan bisumu pun berhenti
pada saat itu..
saat matamu yang coklat itu. menatap mataku. bukan.. bukan menatap mataku
ketika matamu membuka jendela pada hatiku.
ketika matamu menatap hatiku.
dan hujan pun berhenti.
dan angin pun berhenti.
dan bumi pun berhenti.
( to be continue.. )
aku bertemu denganmu, dipinggir gemericik sungai yang yang membeku. Dibalik gesekan daun yang mengalun sendu. Dalam aliran angin yang mendesir pelan. Ku dengar alunan senyummu, menggaung sunyi dibalik perdu perdu yang ikut menyanyi.
bisikan siapakah gerangan .... yang telah menyejukan kabut pekat ditelingaku?
kusibak kelambu daun diujung sungai itu,...
ku intip balutan kulit halusmu itu.
rambutmu melunglai panjang, membasuh setiap inci bahu dibawah lehermu yang kekar
punggungmu berkilat-kilat dibelai cahaya senja ...
kau terduduk diatas sebongkah batu, hujan gerimis berpeluh dalam dadamu yang telanjang
kau tidak sedang bernyanyi, bahkan kau tak mengeluarkan sedikitpun denting suara.
kau hanya diam...
lalu kenapa aku mendengar alunan bisikmu dalam sudur ku?
merdu seperti genta hembusan tujuh seruling sutra
mataku seperti mencari cari,..
siapakah dibalik rambut itu? siapakah yang sedang duduk diatas batu prasasti itu?
siapakah yang telah dengan berani menggerakkan kuduk dalam hatiku ?
bahkan tanpa mengeluarkan sepatah suara dan kata?
bibirku seperti beku, terjahit pada pantulan rambut panjang mu
seribu kimono tak mungkin bisa
merayu hatiku yang sudah terpaut pada rupamu, bahkan saat aku belum mampu menatapmu.
ah,.. bagaimana bisa?
kau menyanyi tanpa bersuara?
kau membelai ku tanpa sentuhan...
apakah kau manusia?
tiba-tiba yukata usangku tersakut ranting yang ikut bersemangat menyambut alunanmu.
selembar daun luruh didepanku
menyentuh ranah suci pangkuanmu...
dan kau berbalik..
memalingkan wajah dibalik rambut panjangmu
pantulan matahari tak sedetikpun lari dari setiap helai legammu.
alunan bisumu pun berhenti
pada saat itu..
saat matamu yang coklat itu. menatap mataku. bukan.. bukan menatap mataku
ketika matamu membuka jendela pada hatiku.
ketika matamu menatap hatiku.
dan hujan pun berhenti.
dan angin pun berhenti.
dan bumi pun berhenti.
( to be continue.. )
Tuesday, March 07, 2006
doa matahari terbenam..
dan setenang awan dipantai cahaya
jadikan hatiku,seterang untaian sutra diatas ombak yang menggulung mesra
bedah otak
bedah otakku !
bongkar isi surau ku !
dan habisi semua serambi muka ku
korek-korek dengan kelingking mungilmu
seluruh penjuru sisi relung hatiku..!
dan gapai semua sepi lubuk hatiku
putuskan semua prasangka mu
balutkan dalam wajah ku yang pasi karena sepi
atau karena BASI ?
aku sudah mulai muak dengan semua permainan rasa mu
tuangkan aku dalam tunggu kesedihanmu
sakitmu itu, bukan aku yang merajamnya
sakitmu itu, bukan tanggungjawab aku
sakitmu itu, akibat tololnya dirimu sendiri...
bukan karena aku..!
berhenti!
diam kau ditempatmu
jangan maju selangkahpun menuju aku !
tak mau lagi aku menggenggam sesal mu
tak mau lagi aku menyuapi semangguk maaf yang bukan miliku
berhenti mengais iba dalam kolamku
samudra kasih ku terlalu suci untuk mu
Monday, March 06, 2006
moment of truth
janganlah kau mencarinya selagi ia tiada
tapi berdiamlah ketika ia menampakan dirinya
berdamailah ketika ia memanggil namamu
bergaunglah selagi ia menggema
simpanlah ketika ia menjelma
dekaplah isaknya ketika ia menangis rindu padamu
dan usap air matanya ketika ia menatapmu
janganlah kau campakkan hati beku-nya
seluruh janji serapahnya telah diperuntukkan untuk mu
tak taukah dirimu?
LoVe u
No words can describe how much He loves us, and how much we loves Him. No water strong enough to show how much He care 4 us, and how much He protect us.
For He is the ultimate LOVE it self
for He is the one and only LOVE it self
love it, cherrish it, embrace itwith millon of gratitude and prays
love it, cherrish it, embrace itwith millon of gratitude and prays
carry it with one u have, only with ur true heart…
Love Him, and He’ll send the entire Universe to Love you back
Love Him, and He’ll send the entire Universe to Love you back
manusia04
hidup ini memang aneh,..
seperti sebuah puisi yang kehilangan huruf dibeberapa tempatnya,
sebuah kalimat menjadi kehilangan maknanya.
padahal makna itu tidak pernah sedetikpun lompat dari kotaknya
haya kita, pembaca yang terlalu buta untuk mencumbu hasrat dari sepotong kata-katanya.
menafsirkan sebuah puisi saja dibutuhkan sebuah keberanian
mengakui pada diri sendiri adalah hal yang paling menakutkan
tidak banyak manusia yang bersembunyi dibalik topeng kegalauan
sisi kemunafikan menjadi bagian dari dentingan senyum diujung bibir mereka
bukan karena mereka bersenda dengan setan, tetapi hanya karena mereka tidak sadar
mereka tidak mau jujur pada diri mereka sendiri
mereka bahkan tak kenal dengan diri mereka sendiri
padahal, yang sedang mereka bohongi adalah diri mereka sendiri
aneh memang,..
seribu satu cermin disebar dimuka bumi ini, sebagai pelindung bagi wajah manusia yang tertutup jelaga
tapi tak sedikit yang tergores sayatannya.
hanya karena mereka tak tahu bagaimana caranya bercermin tanpa melukai diri mereka
tujuh cerita ditorehkan dalam sedepa hidup para pandawa manusia
tapi tak satupun berhasil digariskan dalam anai-anai kepala mereka
pada akhirnya mereka terlalu sibuk menggaruk dan bercerita
sampai mulut mereka berbusa karena keringnya
padahal, sejuta titik hujan telah disebar oleh-Nya dimuka persada
agar kita tak lagi kekeringan
tak lagi kehausan
tapi kenapa?
tak satupun cerita, ia bagi pada sahabatnya?
oh manusia....
seperti sebuah puisi yang kehilangan huruf dibeberapa tempatnya,
sebuah kalimat menjadi kehilangan maknanya.
padahal makna itu tidak pernah sedetikpun lompat dari kotaknya
haya kita, pembaca yang terlalu buta untuk mencumbu hasrat dari sepotong kata-katanya.
menafsirkan sebuah puisi saja dibutuhkan sebuah keberanian
mengakui pada diri sendiri adalah hal yang paling menakutkan
tidak banyak manusia yang bersembunyi dibalik topeng kegalauan
sisi kemunafikan menjadi bagian dari dentingan senyum diujung bibir mereka
bukan karena mereka bersenda dengan setan, tetapi hanya karena mereka tidak sadar
mereka tidak mau jujur pada diri mereka sendiri
mereka bahkan tak kenal dengan diri mereka sendiri
padahal, yang sedang mereka bohongi adalah diri mereka sendiri
aneh memang,..
seribu satu cermin disebar dimuka bumi ini, sebagai pelindung bagi wajah manusia yang tertutup jelaga
tapi tak sedikit yang tergores sayatannya.
hanya karena mereka tak tahu bagaimana caranya bercermin tanpa melukai diri mereka
tujuh cerita ditorehkan dalam sedepa hidup para pandawa manusia
tapi tak satupun berhasil digariskan dalam anai-anai kepala mereka
pada akhirnya mereka terlalu sibuk menggaruk dan bercerita
sampai mulut mereka berbusa karena keringnya
padahal, sejuta titik hujan telah disebar oleh-Nya dimuka persada
agar kita tak lagi kekeringan
tak lagi kehausan
tapi kenapa?
tak satupun cerita, ia bagi pada sahabatnya?
oh manusia....
Subscribe to:
Posts (Atom)