hari itu...
aku bertemu denganmu, dipinggir gemericik sungai yang yang membeku. Dibalik gesekan daun yang mengalun sendu. Dalam aliran angin yang mendesir pelan. Ku dengar alunan senyummu, menggaung sunyi dibalik perdu perdu yang ikut menyanyi.
bisikan siapakah gerangan .... yang telah menyejukan kabut pekat ditelingaku?
kusibak kelambu daun diujung sungai itu,...
ku intip balutan kulit halusmu itu.
rambutmu melunglai panjang, membasuh setiap inci bahu dibawah lehermu yang kekar
punggungmu berkilat-kilat dibelai cahaya senja ...
kau terduduk diatas sebongkah batu, hujan gerimis berpeluh dalam dadamu yang telanjang
kau tidak sedang bernyanyi, bahkan kau tak mengeluarkan sedikitpun denting suara.
kau hanya diam...
lalu kenapa aku mendengar alunan bisikmu dalam sudur ku?
merdu seperti genta hembusan tujuh seruling sutra
mataku seperti mencari cari,..
siapakah dibalik rambut itu? siapakah yang sedang duduk diatas batu prasasti itu?
siapakah yang telah dengan berani menggerakkan kuduk dalam hatiku ?
bahkan tanpa mengeluarkan sepatah suara dan kata?
bibirku seperti beku, terjahit pada pantulan rambut panjang mu
seribu kimono tak mungkin bisa
merayu hatiku yang sudah terpaut pada rupamu, bahkan saat aku belum mampu menatapmu.
ah,.. bagaimana bisa?
kau menyanyi tanpa bersuara?
kau membelai ku tanpa sentuhan...
apakah kau manusia?
tiba-tiba yukata usangku tersakut ranting yang ikut bersemangat menyambut alunanmu.
selembar daun luruh didepanku
menyentuh ranah suci pangkuanmu...
dan kau berbalik..
memalingkan wajah dibalik rambut panjangmu
pantulan matahari tak sedetikpun lari dari setiap helai legammu.
alunan bisumu pun berhenti
pada saat itu..
saat matamu yang coklat itu. menatap mataku. bukan.. bukan menatap mataku
ketika matamu membuka jendela pada hatiku.
ketika matamu menatap hatiku.
dan hujan pun berhenti.
dan angin pun berhenti.
dan bumi pun berhenti.
( to be continue.. )
Wednesday, March 08, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment