Sunday, December 25, 2005

25 desember 2005 (02)

CERITA 02
Dimana pasak karat ku? Kemana ia? Mengapa ia membiarkan aku terapung badai, terkulai diatas muka air yang hening ini? Dimana pasak karat ku?

Pasakku masih terhunus dalam kerak dasar kolam kecilku. Entah dimana ia terhunus. Tetapi baunya masih menempel pada sekujur sisik-ku yang palsu.
Bingung dan bisu.
Hari itu, Seseorang menariku,...atau apapun itu. Tangannya dingin seperti kain seprai diwaktu subuh. Jari-jarinya seperti pakis diantara hujan, bergeliat dalam satu benang. Aku telah diangkatnya bangkit dari kolam kecilku. Kolam kecilku itu hanya sebesar ibu jari, dan dalamnya hanya semata kaki. Tapi warnanya yang pekat dan bau membuatnya terlihat kelam. Setelah aku diangkatnya,.... kolam kecilku itu dijatuhkannya.
Pecah, dalam kepingan kecil tanpa pantulan. Isinya kosong. Tidak ada paku, pasak atau badai. Kosong.....
Hari itu diajaknya aku bercermin, diatas sebuah cermin pribadinya. Sebuah samudra. Mata elang tak akan sanggup merayu ujungnya. Kayuh nakoda neptunus terlihat seperti buih diatas kertasnya.
Dalam cermin itu dilihatnya. Aku. Sendiri. Dan Berdua. Bersamanya.
Digantinya rupaku, dengan sebuah mutiara. Putih dan kosong.

Insangku yang bernanah, kulitku yang bersisik. Telah dihapusnya dengan bunga cahaya. Yang bersisa hanya wajah kain kosongku. Putih. Bersih. Kosong.
Lalu diberinya aku cangkang. Dan dengan cangkang itu diberinya aku sebuah jalan.
Untuk pulang
TO BE CONTINUE...

No comments:

Post a Comment